RSS

Ranah Kognitif

03 Apr

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

A. Tipe Hasil Belajar Pengetahuan

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual disamping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota dll. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya. Ada beberapa cara untuk dapat mengingat dan menyimpannya dalam ingatan seperti teknik memo, jembatan keledai, mengurutkan kejadian, membuat singkatan yang bermakna. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafalan menjadi prasarat bagi pemahaman. Hal ini berlaku bagi semua bidang ilmu, baik matematika, pengetahuan alam, ilmu sosial, maupun bahasa. Misalnya hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana menggunakan rumus tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan membuat kalimat (Dharma, 2008).

Ada beberapa cara untuk mengingat dan menyimpan dalam ingatan yaitu teknik memo, jembatan keledai, mengurutkan kemudia, dan membuat singkatan yang bermakna. Untuk menyusun item tes pengetahuan hafalan yaitu tipe melengkapi, tipe isian, dan tipe benar salah. Karena lebih mudah menyusunnya, orang banyak memilih tipe benar salah (Sudjana, 2005:24).

Kata-kata yang biasanya dipakai dalam pertanyaan ingatan adalah mendefinisikan, menerangkan, mengidentifikasikan, memberi nama, menyusun daftar, mencocokkan, membuat garis besar, menyatakan kembali, memilih, dan menamakan.  (Rustaman, 2003:40).

Manfaat pertanyaan ingatan yaitu:

  1. Kategori ingatan/pengetahuan masih diperlukan oleh tingkat berpikir yang lebih tinggi. Kita tidak bisa menyuruh siswa untuk memikirkan jenjang yang lebih tinggi jika siswa kurang informasi dasar
  2. Masyarakat juga masih menghendaki banyak hal yang harus diingat
  3. Pertanyaan ingatan masih bisa melibatkan siswa lebih dari sekedar mengingat fakta, jika siswa diminta mengingat konsep-konsep yang luas, generalisasi yang didiskusikan sebelumnya, definisi-definisi , metode-metode pendekatan pemecahan masalah dan kriteria evaluasi.

Kelemahan pertanyaan ingatan yaitu:

  1. Guru cenderung terlalu banyak menanyakan fakta dibanding dengan pertanyaan tingkat tinggi lainnya.
  2. Ingatan fakta-fakta yang dibangun dengan pertanyaan faktual mudah dan cepat dilupakan siswa
  3. Pertanyaan ingatan biasanya hanya mengukur pengertian-pengertian yang dangkal
  4. Ingatan fakta-fakta saja sering belum berarti mengerti.

B. Tipe Hasil Belajar Pemahaman

Tipe hasil balajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan susunan kelimat dengan bahasa sendiri, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori.Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, pemahaman mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan merah putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang saklar dll yang sejenis. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok, menghubungkan pengetahuan tentang konjungsi kata kerja, subjek, dan possesive sehingga tahu menyusun kalimat (Dharma, 2008).

Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi dari suatu kejadian, dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya (Dharma, 2008).

Meskipun pemahaman dapat dipilahkan menjadi tiga tingkatan di atas, perlu disadari bahwa menarik garis yang tegas antara ketiganya tidaklah mudah. Penyusun tes dapat membedakan soal yang susunannya termasuk subkategori tersebut, tetapi tidak perlu berlarut-larut mempersalahkan ketiga perbedaan itu. Sejauh dengan mudah dapat dibedakan antara pemahaman terjemahan, pemanfsiran, dan ekstrapolasi, bedakanlah untuk kepentingan penyususunan soal tes hasil belajar (Dharma, 2008).

Karakteristik soal-soal pemahaman sangat mudah dikenali, tetapi membuat item pemahaman tidaklah mudah. Item pemahaman dapat disajikan dalam gambar, denah, diagram, dan grafik. Dalam tes objektis, tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah banyak mengungkapkan aspek pemahaman (Sudjana, 2005:25).

Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif yaitu menafsirkan, memberikan contoh, mengklasifikasikan, meringkas, menarik inferensi, membandingkan, dan menjelaskan (Rustaman, 2003:41).

C. Tipe Hasil Belajar Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, rumus, hukum, prinsip, generalisasi dan pedoman atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Aplikasi yang berulangkali dilakukan pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila terjadi proses pemecahan masalah. Situasi bersifat lokal dan mungkin pula subjektif sehingga tidak mustahil bahwa sesuatu itu baru bagi banyak orang, tetapi sesuatu yang sudah  dikenal bagi beberapa orang tertentu. Mengetengahkan problem baru hendaknya lebih didasarkan atas realitas yang ada di masyarakat atau realitas yang ada di dalam kehidupan siswa sehari-hari (Dharma, 2008).

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Menurut Bloom dalam Sudjana (2005:26) terdapat delapan tipe aplikasi dalam rangka menyusun item tes tentang aplikasi yaitu:

  1. Menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi yang baru dihadapi
  2. Menyusun kembali masalah sehingga dapat menerapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai
  3. Memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi
  4. Mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip generalisasi
  5. Menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu.
  6. Meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu.
  7. Menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan.
  8. Menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi.

Pertanyaan penerapan sangat umum dijumpai dalam matematika. Kategori penerapan mencakup mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengungkap, memodifikasi, menjalankan, membuat ramalan, menunjukkan, memecahkan, dan menggunakan (Rustaman,2003:42)

D. Tipe Hasil Belajar Analisis

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya. Analisis merupakan suatu kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe hasil belajar sebelumnya. Dengan kemampuan analisis diharapkan siswa mempunyai pemahaman yang komprehensif tentang sesuatu dan dapat memilah atau memecahnya menjadi bagian-bagian yang terpadu baik dalam hal prosesnya, cara bekerjanya, maupun dalam hal sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah dikuasai siswa maka siswa akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif (Dharma, 2008).

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya. Analisis meruapakn kecakapan yang kompleks yang memanfaatkan kecakapan dari tipe pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif (Sudjana, 2005:27).

Menurut Sudjana (2005:27),  untuk membuat item tes kecakapan analisis memerlukan pengenalan berbagai kecakapan yang termasuk klsifikasi analisis yaitu:

  1. Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan kriteria analitik tertentu.
  2. Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas
  3. Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya
  4. Dapat mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan menggunakan kriteria seperti relevansi, sebab-akibat, dan peruntutan
  5. Dapat mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi, dan pola-pola materi yang dihadapinya
  6. Dapat meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan materi yang dihadapinya.

Kata kerja operasional pada jenjang kemampuan analisis yaitu menguraikan, membuat diagram, membeda-bedakan, mengidentifikasi, menggambarkan, menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan, dan memperinci (Rustaman, 2003:43)

E. Tipe Hasil Belajar Sintesis

Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah daipada berpikir devergen. Dalam berpikir konvergen, pemecahan masalah atau jawabannya akan mudah diketahui berdasarkan yang sudah dikenalnya. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan masalah atau jawabannya belum dapat dipastikan (Dharma, 2008).

Mensintesiskan unit-unit tersebar tidak sama dengan mengumpulkannya kedalam satu kelompok besar. Kalau analisis memecah integritas menjadi bagian-bagian, sebaliknya sintesis adalah menyatukan unsur-unsur menjadi suatu integritas yang mempunyai arti. Berpikir sintesis merupakan sarana untuk dapat mengembangkan berpikir kreatif. Seseorang yang kreatif sering menemukan atau menciptakan sesuatu. Kreatifitas juga beroperasi dengan cara berpikir divergen. Dengan kemampuan sintesis, siswa dimungkinkan untuk menemukan hubungan kausal, urutan tertentu, astraksi dari suatu fenomena (Dharma, 2008).

Pertanyaan sintesis adalah pertanyaan tingkat tinggi yang meminta siswa menampilkan pikiran yang original dan kreatif. Pertanyaan jenis ini menghendaki siswa menghasilkan komunikasi-komunikasi yang asli, membuat ramalan, dan memecahkan masalah-masalah (Abimanyu dan Pah, 1985:26).

Berpikir sintesis adalahberpikir divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan. Mensintesiskan unit-unit tersebar tidak sama dengan mengumpulkannya ke dalam satu kelompok besar. Mengartikan analisis sebagai memecah integritas menjadi bagian-bagian dan sintesis sebagai menyatukan unsur-unsur menjadi integritas perlu secara hati-hati dan penuh telaah. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan. Seseorang yang kreatif sering menemukan atau menciptakan sesuatu. Kreativitas juga beroperasi dengan cara divergen (Sudjana, 2005:28).

Menurut Sudjana (2005:28), kecakapan sintesis dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe yaitu:

  1. Kemampuan menemukan hubungan yang unik. Artinya menemukan hubungan antara unit-unit yang tak berarti dengan menambahkan satu unsur tertentu dan unit-unit tak berharga menjadi sangat berharga. Contohnya kemampuan mengomunikasikan gagasan, perasaan, dan pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar, simbol ilmiah, dan yang lainnya.
  2. Kemampuan menyusun rencana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau problem yang diketengahkan.
  3. Kemampuan mengabstraksikan sejumlah besar gejala, data, hasil observasi menjadi terarah, proporsional, hipotesis, skema, dan model.

Pertanyaan sintesis menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Kata kerja operasional pada jenjang kemampuan sintesis yaitu menggabungkan, menyusun, mencipta, merancang, menjelaskan, membangkitkan, merencanakan, menghubungkan, menyusun kembali, merevisi, menulis kembali, menyimpulkan, menceritakan, menulis, mengorganisasikan kembali, membuat modifikasi (Rustaman, 2003:44).

F. Tipe Hasil Belajar Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi, dll. Oleh karena itu maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau stándar tertentu. Dalam tes esai, stándar atau kriteria tersebut muncul dalam bentuk frase ”menurut pendapat saudara” atau “menurut teori tertentu”. Frase yang pertama sukar diuji mutunya, setidak-tidaknya sukar diperbandingkan sebab variasi kriterianya sangat luas. Frase yang kedua lebih jelas standarnya. Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam evaluasi, maka soal-soal yang dibuat harus menyebutkan kriterianya secara eksplisit. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.  Kemampuan evaluasi memerlukan kemampuan dalam pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis. Artinya tipe hasil belajar evaluasi mensaratkan dikuasainya tipe hasil belajar sebelumnya (Dharma, 2008) Menurut Sudjana (2005:29), kecakapan evaluasi seseorang dapat dikategorikan ke dalam enam tipe yaitu:

  1. Dapat memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen
  2. Dapat memberikan evaluasi satu sama lain antara asumsi, evidensi, dan kesimpulan, juga keajegan logika dan organisasinya. Dengan kecakapan ini diharapkan seseorang mampu mengenal bagian-bagian serta keterpaduannya.
  3. Dapat memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai orang dalam mengambil suatu keputusan
  4. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan memperbandingkannya dengan karya lain yang relevan
  5. Dapat mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan
  6. Dapat memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan menggunakan sejumlah kriteria yang eksplisit.

Kata kerja operasional pada jenjang kemampuan evaluasi yaitu menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengkritik, memerikan, membeda-bedakan, menjelaskan, mempertimbangkan kebenaran, menginterpretasikan, menghubungkan, menyimpulkan, dan menyokong (Rustaman, Y. N., Soendjojo, D., Suroso, A. Y., Yusnani, A., Ruchji, S., Diana, R. & Mimin, N. K. 2003:45).

 
5 Komentar

Ditulis oleh pada 3 April 2011 inci Pembelajaran

 

Tag: , , , , , , , ,

5 responses to “Ranah Kognitif

  1. Amud

    6 April 2011 at 3:15 AM

    Hei… Blum bisa motong tulisan ato alat potongnya tak tampak? Tag juga di isi tuh…! kayaknya posting secara buru-buru nih…..

     
    • kamriantiramli

      6 April 2011 at 8:52 AM

      alat potongnya yg mana pak? saya tidak tahu, langsung enter aja.

       
    • kamriantiramli

      6 April 2011 at 9:03 AM

      tagnya diisi tp entah knp saat sunting truz kagak muncul.

       
  2. Shendy Kostama

    13 Agustus 2015 at 1:36 AM

    share kamu bagus sekali, insya Allah manfaat buat calon guru, dan juga guru2, sehingga akan lebih paham dengan ranah kognitif menurut taksonomi Benjamin S. BLoom,… Really appreciate

     
    • kamriantiramli

      13 Agustus 2015 at 6:56 AM

      Terimakasih banyak telah berkunjung..terimakasih

       

Tinggalkan Balasan ke Shendy Kostama Batalkan balasan